Jumat, 24 Februari 2017

SERAT, BENANG dan KAIN

Serat tekstil memiliki ciri ukuran panjang pada umumnya beberapa ratus kali lebih besar dari pada ukuran diameternya, meskipun syarat serat tidak semata-mata ditentukan oleh perbandingan panjang dan lebarnya, tapi juga oleh bentuk, komposisi zat pembentuk serat dan kondisi lainnya. Secara fisik perbandingan panjang dan diameter yang besar berpengaruh terhadap sifat fleksibilitas dan kehalusan serat, sehingga serat tersebut memenuhi syarat dipintal menjadi benang (spin ability). Kehalusan serat merupakan faktor penentu mutu serat. Untuk pembuatan serat sintetik perbandingan antara panjang dan diameter ini menjadi pertimbangan terpenting, sehingga pada saat pemintalan dapat dibuat menjadi benang bermutu.

Serat tekstil yang halus memiliki diameter kecil, biasanya lembut dan liat, sedangkan serat yang kasar lebih kaku. Kehalusan serat alam dinyatakan dalam satuan mikron. Sebagai perbandingan diameter serat kapas berkisar antara 1-20 mikron, flax antara 12-16 mikron, wol antara 10-70 mikron dan sutera berkisar antara 11-12 mikron.


Diameter serat sintetik ditentukan menurut keperluannya. Hal ini disebabkan karena ukuran seratnya dapat diatur dengan ukuran lubang spinneret pada pemintalan serat dan besarnya peregangan sewaktu atau setelah proses pemilinan.

Kehalusan serat atau benang sintetik dinyatakan dalam satuan denier. Untuk kehalusan serat yang dinyatakan dengan nomer denier atau mikron, nomer yang lebih besar menunjukan diameter serat yang lebih besar. Pada umumnya serat tekstil yang halus dibuat untuk benang yang halus, memiliki pegangan lembut dan bersifat isolator panas. Hal ini karena benang dari serat halus mempunyai luas permukaan yang lebih besar, sehingga akan lebih banyak menahan udara dalam kain dan akan memperbesar gesekan antar serat, hanya serat yang halus biasanya kurang tahan terhadap gesekan.

Meskipun tidak ada hubungan dengan kehalusan serat, perlu diketahui juga bentuk penampang lintang (cross section) dan bentuk memanjang (longitudinal) serat tekstil untuk mengidentifikasi serat tekstil, misal serat kapas memiliki bentuk penampang lintangnya seperti ginjal sampai pipih, berbeda dengan sutera yang penampang lintangnya berbentuk segitiga. Sedangkan serat sintetik yang dibuat dengan cara pemintalan leleh (melt spinning), misal serat Nylon atau poliester umumnya berbentuk bulat dan penampang kearah panjangnya silindris, sedangkan rayon yang dipintal secara larutan (dry spinning) bentuk penampang lintangnya berlekuk atau seperti tulang anjing. Serat yang dipintal secara basah (wet spinning) dengan penarikan sangat besar pada waktu serat masih plastis, maka bentuk penampang lintangnya akan menjadi hampir bulat.

Melihat berbagai kondisi serat, maka tidak semua serat dapat digunakan sebagai serat tekstil untuk dijadikan benang, tapi harus memenuhi syarat tertentu, yaitu faktor panjang serat, bentuk, kehalusan, kekuatan, perbandingan panjang dengan diameter, sifat fleksibilitas dan lainnya. Faktor tersebut memungkinkan serat dapat dipintal menjadi benang dengan pemberian antihan (spin ability).

Persyaratan panjang minimal pada serat tekstil adalah 10 - 15 mm. The Representation of Official Cotton Standar di Amerika Serikat menetapkan panjang minimal serat kapas adalah ½ inci. Serat alam yang panjangnya dibawah 10 mm sulit digunakan sebagai serat tekstil, sedangkan serat sintetik dapat dibuat dengan panjang yang disesuaikan dengan yang dikehendaki, bahkan biasanya dibuat dalam bentuk yang tidak terputus (filamen).

Selain harus fleksibel, sifat lain yang harus dihindarkan pada serat adalah sifat elektrostatis, yaitu sifat serat yang menyebabkan serat, benang atau kainnya saling tarik menarik dan menyatu satu dengan lainnya.

Untuk memperoleh benang yang fleksibel, maka benang dibuat dari sejumlah serat pendek (stapel) atau serat yang panjang sekali (filamen) yang berasal dari serat alam maupun serat sintetik. Benang yang terdiri dari serat halus jauh lebih fleksibel dari pada benang yang diameternya sama tapi terdiri dari serat yang lebih kasar.

Benang yang terbuat dari satu helai serat filamen disebut benang monofil. Benang monofil dari filamen halus dapat berupa benang yang kuat, misal untuk membuat kaus kaki yang tipis atau untuk pembuatan kain wanita, tudung kepala dan gaun. Sedangkan benang monofil dari filamen yang kasar biasanya dibuat kain untuk alat penyaring, kain kursi dan kain untuk keperluan industri.

Benang yang tersusun dari lebih dari dua helai filament disebut benang multifilamen. Apabila jumlah filamennya banyak sekali disebut tow , yaitu benang dari banyak filamen yang disatukan tanpa diberi pilinan, tetapi karena dalam diameter benang jumlah filamennya banyak sekali, maka benang menjadi kuat mesjipun tidak dipilin, sampai dapat dibuat dengan nomor benang antara 500 sampai 5.000 denier. Benang tow ini jika ditenun, maka kain yang dihasilkan halus dan mengkilap, sehingga cocok untuk pakaian wanita atau gaun mewah. Sedangkan benang yang tersusun dari serat pendek disebut benang staple,digunakan tekstil pada umumnya untuk berbagai penggunaan.

Untuk memperoleh sifat kain yang memenuhi syarat pemakaian, yaitu nampak indah dan nyaman jika dipakai, maka sering dilakukan pencampuran serat sintetik dengan serat alam, untuk itu bentuk filamen serat sintetik dipotong dengan ukuran 1 - 6 inci, kemudian dicampur dengan serat alam yang berukuran pendek pada pemintalan. Kain yang dibuat dari pencampuran serat akan menghasilkan sifat kain yang baik, misal filamen poliester dijadikan serat pendek, kemudian dicampur dengan serat kapas yang berbentuk stapel dengan perbandingan tertentu pada proses pemintalannya dan benang yang dihasilkan disebut benang poliester-kapas dengan sifat gabungan, yaitu kekuatan dan kerataannya dari poliester sedangkan kenyamanan dan sifat menyerap air dari sifat serat kapas. Kain poliester-kapas atau Tetoron-Cotton karena terdiri dari campuran serat akan nampak bagus dan nyaman dipakai sebagai bahan kemeja.

Selain panjang serat, kekuatan serat tekstil juga penting, yaitu supaya serat tersebut tidak putus saat ditarik atau tertekuk secara mekanis pada proses pemintalan, pertenunan, perajutan atau pada proses fisika dan kimia saat penyempurnaan untuk memperoleh sifat kain sesuai penggunaannya. Dalam keadaan kering batas minimal kekuatan serat yaitu 1,2 gram/denier, sedangkan dalam keadaan basah 0,7 gram/denier. Ukuran kekuatan gram/denier adalah gambaran kemampuan serat pada kehalusan satu denier yang dapat menahan tarikan atau regangan kearah panjang dengan bobot beban dalam gram, Satuan kekuatan tarik dapat merupakan psi (pound per square inch) atau gpd (gram per denier). Beberapa jenis serat tekstil dalam keadaan basah kekuatannya menurun, kecuali serat kapas yang dalam keadaan basah kekuatannya bertambah. Kekuatan serat pada keadaan basah merupakan faktor penting, mengingat proses penyempurnaan tekstil umumnya dilakukan dalam keadaan basah.

Jumat, 10 Juni 2016

PENGETAHUAN TEKSTIL

Pengetahuan tekstil merupakan salah satu pengetahuan yang diperlukan konsumen, pedagang maupun produsen tekstil untuk memilah dan memilih bahan tekstil, mengetahui proses pembuatan dan sifat bahan tekstil tersebut sesuai penggunaannya, misal kain untuk bahan busana berbeda dengan kain untuk keperluan rumah tangga (upholstry) seperti untuk sprei, sarung bantal, gorden dan sebagainya. 

Pemilihan bahan tekstil untuk sesuatu penggunaan biasanya berdasarkan warna dan motif yang disebut kenampakan kain (textile appereance), sifat bahan, ketahanan luntur, kekuatan dan elastisitas.Pengetahuan tentang pemilihan serat tekstil, desain tekstil, pewarnaan dan penyempurnaan tekstil telah meningkatkan nilai estetika kain dan menjadikan tekstil sebagai media ekspresi budaya, misal dijadikan pakaian kebesaran, simbol status, lambang kekuasaan dalam bentuk bendera atau pataka dan sebagainya. 

Secara lebih luas pengetahuan tekstil adalah pengetahuan yang bersangkut paut dengan tekstil, mulai dari bahan (serat, benang dan kain), sifat, klasifikasi atau jenis-jenis bahan tekstil, proses pembuatan, penggunaan (untuk busana casual, fashion atau berdasarkan profesi) dan perdagangannya (niaga tekstil). Pada era modern pembuatan tekstil menjadi industri dengan teknologi yang maju dan produk tekstil jadi komoditas perdagangan antar bangsa. Sayangnya industrialisasi tekstil berdampak polusi lingkungan yang akhirnya menimbulkan pemikiran upaya pembuatan tekstil yang tidak merusak lingkungan hidup dan diberi identitas ecolabelling textile.

Berdasarkan kegunaannya bahan tekstil dikelompokan sebagai berikut :
  1. Keperluan busana (apparel textile) untuk kemeja, celana, pakaian dalam, pakaian sehari-hari, sepatu, kaus kaki dan sejenisnya
  2. Keperluan militer (military textile) untuk pakaian tempur, parasut, tenda, ransel dan lain lain.
  3. Keperluan medis (hospitality textile) untuk perban, pakaian dokter / perawat saat bekerja, baju pasien, perlengkapan pasien saat dirawat di rumah sakit dan sebagainya.
  4. Keperluan industri (industrial textile) kemasan produk, belt, tali, conveyor, pakaian kerja sesuai profesi misal pakaian montir, operator mesin dan lainnya.
  5. Keperluan olah raga (sport wear and sport textile) untuk pakaian olah raga yang berbeda-beda desain dan spesifikasinya misal sepak bola, tenis, renang juga keperluan tekstil lainnya seperti net pingpong, layar dan banyak lagi sesuai dengan berbagai jenis cabang olah raga
  6. Keperluan penyangga struktur tanah menggunakan geotextile, yaitu sejenis serat poliester dengan pembuatan khusus.

SEMOGA BERMANFAAT

Sifat-sifat bahan tekstil

Sifat bahan tekstil
Untuk dapat melakukan pemeliharan bahan tekstil (bahan busana) dengan tepat dan benar, terlebih dahulu harus diketahui sifat-sifat dari bahan tersebut:

Katun
Sifat-sifat bahan katun adalah bersifat hidroskopis atau menyerap air, mudah kusut, kenyal, dalam keadaan basah kekutannya bertambah lebih kurang 25%, dapat disetrika dalam temperatur panas yang tinggi, katun lenan tersebut mengandung lilin, oleh sebab itu tidak perlu dikanji. Katun lenan ini tidak tahan chloor. Sementara rayon lebih licin dan mengkilap, tidak menghisap debu dan kotoran, karna kotoran itu melekat hanya pada permukaan bahan saja. Sedangkan sintetis sifatnya tidak jauh berbeda dengan katun lainnya.

wol
Bahan wol memiliki sifat sangat kenyal hingga tidak mudah kusut, bila wol dipanaskan ia akan menjadi lunak karena kenyalnya berkurang. Wol mengikat, panas, karena serabut wol keriting. Udara dalam pori-pori wol bertahan, bila dipakai dapat mengantarkan panas, wol tidak tahan akan nyengat.

Sutera
Bahan sutera memiliki sifat lembut, licin dan berkilap, kenyal dan kuat. Dalam keadaan basah sutera berkurang kekuatannya 15%. Bahan sutera tahan ngenyat, banyak menghisap air dan bila dipergunakan memberi rasa sejuk.

Dacron, polyester dan nylon
Bahan tekstil ini apabila dicuci cepat menjadi kering, tidak kusut jadi tidak perlu di setrika, kuat dan tahan lama dipergunakan, lebih tahan panas.

Brokat, lame dan songket

Bahan tekstil / busana yang berasal dari brokat, lame dan songket ini mudah berubah warna, tidak mudah kusut, kurang menyerap air, tidak tahan temperatur setrika yang tinggi.

Jenis-jenis serat tekstil

Jenis-jenis serat


Pada dasarnya serat tekstil berasal dari tiga unsur utama, yaitu serat yang berasal dari alam(tumbuh-tumbuhan dan hewan), serat buatan(sintetis) dan galian (asbes, logam).

Serat alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan antara lain: kapas, lenan, rayon, nenas, pisang. Serat alam yang berasal dari hewan yakni: dari bulu beri-beri, adapun bahan yang berasal dari serat tersebut adalah bahan wol.sedangkan serat dari ulat sutra menghasilkan bahan tekstil sutra

Serat buatan (termoplastik) bahan tekstil yang berasal dari serat buatan ini adalah berupa Dacron, polyester, nylon.

Serat galian, Serat galian adalah yang berasal dari dalam tanah.contoh asbes dan logam, benang logam.bahan asbes banyak digunakan untuk sumbu kompor minyak tanah, untuk mengisi aneka bunga yang berasal dari bermacam-macam bahan tekstil seperti: stoking, nylon, tula dan bahan rajutan.

Serat logam lebih banyak digunakan untuk membuat bermacammacam jenis benang, seperti, benang emas, benang perak, tembaga, aluminium, selain itu ada pula benang logam yang dilapisi dengan plastik.


SEMOGA BERMANFAAT

Bahan tekstil

TEKSTIL UNTUK BUSANA
Tekstil untuk busana memerlukan persyaratan khusus, karena itu tidak seluruh tekstil yang ada dapat digunakan untuk busana. Syarat tekstil untuk busana, ialah memberikan kenyaman dan layak dipakai. Untuk itu tekstil untuk busana harus dapat menyerap keringat, pegangannya nyaman, nampak estetik, tidak kusut atau mengkeret dan sebagainya. Untuk sifat menyerap keringat harus memilih bahan tekstil higroskopis, yaitu bersifat menyerap air, misal memilih bahan kapas. Jika menggunakan serat sintetik dapat dicampur dengan serat kapas.
Bahan tekstil

Untuk menambah estetika bahan tekstil setelah penyempurnaan awal seperti pencucian, diproses pencelupan, pencapan atau pengelantangan. Untuk sifat pegangan nyaman, tidak kusut dan tidak mengkeret kain juga dilakukan proses penyempurnaan akhir. Rangkaian proses tersebut membuat bahan tekstil tersebut akan layak dan pantas dipakai sebagai busana.
Bahan tekstil
  • Benang
  • Pembuatan benang kapas
  • Proses pembuatan benang kapas
  • Macam-macam benang
  • Bahan tekstil

Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:
  1. Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)
  2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran
  3. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar
  4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir
Pemeriksaan serat
Bila pemeriksaan serat secara visual belum dapat mengetahui asal bahan dengan pasti, maka sering dilakukan pemeriksaan yaitu dengan membakar serabut.
Uji pembakaran dilakukan sebagai berikut :
Benang dicabut dari kain kemudian dipegang dengan pinset dan dibakar kemungkinan hasil uji membakaran serat adalah sebagai berikut :
a. ciri serat selulosa :
  1.  benang akan cepat terbakar menjalar
  2.  nyalanya berwarna kuning
  3. waktu terbakar tidak berbau, namun setelah padam berbau seperti kertas terbakar:
  4. bekas pembakaran merupakan abu yang mudah hancur,dan
  5. warnanya kelabu.
b.ciri serat protein
  1. benangnya sukar terbakar
  2. berbau seperti rambut terbakar
  3. bekas pembakarannya beebentuk abu hitam.

SEMOGA BERMANFAAT





Kamis, 09 Juni 2016

Proses pewarnaan pada bahan tekstil

 Proses pewarnaan pada bahan tekstil pada umumnya meliputi proses berikut ini :
  • Pencelupan yaitu pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dengan warna yang sama pada seluruh bahan tekstil dengan 3 komponen bahan utama yaitu zat warna, air dan obat bantu
  • Pencapan adalah pemberian warna pada bahan tekstil secara setempat pada permukaan bahan tekstil sehingga menimbulkan komposisi warna dan motif tertentu dengan 3 komponen bahan utama adalah zat warna, pengental dan obat bantu.
Proses pewarnaan diatas umumnya dilakukan di Industri tekstil. Untuk produk tekstil yang digunakan untuk kepentingan terbatas (biasanya menyangkut karya seni )ada juga cara pewarnaan lain seperti menggunakan teknik lukis, colet, air brush dsb.

Proses pencelupan dapat dilakukan pada bahan tekstil baik masih berupa serat, benang ataupun kain. Pencelupan pada serat biasanya dilakukan untuk menghasilkan motif atau komposisi warna pada benang ataupun kain yang komposisi warna/motif tersebut bukan dari hasil pencapan namun efek warna yang ditimbulkan oleh campuran seratnya. Pencelupan pada benang dilakukan untuk memberi warna pada benang dan jika benang tersebut ditenun akan menghasilkan kain yang memiliki komposisi warna /corak tertentu dari susunan dan persilangan benang lusi dan pakan. Misalnya corak yang ada pada sarung, lurik, baju kotak – kotak, kain kasur, kain selimut bergaris dsb. Pencelupan pada kain dilakukan untuk mewarnai kain secara merata dengan warna yang sama pada seluruh kain. Proses pencelupan juga dapat menimbulkan motif/corak tertentu jika kain/benang tersusun atas dua jenis atau lebih serat yang berbeda karena masing masing jenis

serat memiliki kemampuan celup dan efek warna yang berbeda beda terhadap satu jenis zat warna yang digunakan.

                                          Proses pewarnaan pada bahan tekstil

Proses pencapan pada bahan tekstil dapat dilakukan pada benang atau kain. Pada proses pencapan diperlukan pasta cap yang terdiri dari zat warna, pengental dan zat zat pembantu yang tergantung pada jenis serat dan jenis zat warna yang digunakan. Berdasarkan alat atau mesin yang digunakan, pencapan digolongkan sebagai berikut:
  1. Pencapan semprot (Spray printing)
  2. Pencapan Blok (Block Printing)
  3. Pencapan Penotine (penotine printing)
  4. Pencapan bulu (Flock Printing)
  5. Pencapan kasa (Screen Printing)
  6. Pencapan Rotary (Rotary Printing)
  7. Pencapan Rol (Roller Printing)
  8. Pencapan transfer (Tranfer printing)
Yang banyak dan paling popular digunakan adalah screen printing dimana dalam proses sederhananya adalan seperti proses cetak sablon yang mungkin sudah sering/biasa kita lakukan.
Faktor keberhasilan pewarnaan pada bahan tesktil ditentukan oleh :
a. Pemilihan zat warna (kesesuaian zat warna dan jenis serat)
b. Peralatan dan Sistem pewarnaan
c. Proses pewarnaan meliputi, larutan/pasta zat warna, PH, Suhu, Waktu dsb.

SEMOGA BERMANFAAT

jenis-jenis zat pewarna alami tekstil

Beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai bahan tekstil adalah:
KAROTEN, menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakan untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin. Dapat diperoleh dari wortel, papaya dan sebagainya.

BIKSIN, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis dan sering digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung dan salad dressing.

KARAMEL, berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis (pemecahan) karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. Karamel terdiri dari 3 jenis, yaitu karamel tahan asam yang sering digunakan untuk minuman berkarbonat, karamel cair untuk roti dan biskuit, serta karamel kering. Gula kelapa yang selain berfungsi sebagai pemanis, juga memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa ataupun es cendol

KLOROFIL, menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk makanan. Saat ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan (misal daun suji, pandan, katuk dan sebaginya). Daun suji dan daun pandan, daun katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki harum yang khas.

ANTOSIANIN, penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang sepatu, bunga tasbih/kana, krisan, pelargonium, aster cina, dan buah apel,chery, anggur, strawberi, juga terdapat pada buah manggis dan umbi ubi jalar. Bunga telang, menghasilkan warna biru keunguan. Bunga belimbing sayur menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya pigmen antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk minuman (sari buah, juice dan susu).

KURKUMIN, berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur sekaligus pemberi warna kuning pada masakan yang kita buat.
Pembuatan bahan warna alami sebenarnya sangatlah mudah. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pewarna alami ditumbuk, dapat pula menggunakan blender atau penumbuk biasa dengan sedikit ditambah air, lalu diperas dan saring dengan alat penyaring. Agar warnanya cerah dapat ditambahkan sedikit air kapur atau air jeruk nipis. Setelah diperoleh air perasan pewarna, lalu disimpan di dalam lemari es atau freezer jika menginginkan disimpan lebih lama.

Jika pewarna yang digunakan berasal dari gula kelapa yang digunakan pula sebagai pewarna pemanis, maka pilih gula kelapa yang kualitasnya bagus sehingga tidak perlu menyaring, lalu larutkan dengan air dingin atau air panas bila ingin cepat. Sedangkan untuk membuat pewarna hijau sekaligus pengharum dapat digunakan kombinasi daun suji dan pandan. Keduanya sekaligus ditumbuk bersama sedikit air, peras, lalu saring. Contoh Zat Aditif Alami bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan.